Rabu, 22 Mei 2013

waktunya lalat!

fuh..

hari ini seperti akhir tahun. banyak saran dan kritik dari teman-teman. uwuwuw... terima kasih, kalian!

jadi begini ceritanya.. *duduk manis ambil posisi*

berawal dari semalam ketika baru saja melangkahkan kaki meninggalkan bandara, seorang teman tetiba saja memaksa untuk bertemu. ehmm.. sejak akhir pekan lalu dia memaksa bie untuk bertemu dengannya. segala dalih dilakukannya dan bie tetap berdalih... "aku lagi kereee kakaaakk, mau hemat. kalau ada apa-apa ke kostan aku aja."

dikarenakan satu dan lain hal akhirnya beliau tidak kunjung tiba dihadapan pintu kamar. buat bie sih.. yasudahlah. tak urus. #eh

dan kemarin pun akhirnya bie yang mengalah untuk menjumpainya. eciee mengalah... emang pas kebetulan aja bis-nya ke area sana. dan terjadilah mengurai benang masa lalu.

entah mengapa baru kali itu bie tergoda membaca ulang dan bertanya pendapat ke orang lain. ya selain si penulis asli dan habib tentunya. cerita pun bergulir hingga pagi menjemput.

kami tidak tidur! 
haha.. kemarin bie seperti sedang memasuki lorong waktu. menyaksikan kembali sikap-sikap dan ke-egois-an bie kala itu.

"waktu sudah berlalu, bie.. jangan sampai kau dikunjungi oleh rasa berdosa dan bersalah", ujar teman bie.

ehmm.. waktu memang sudah berlalu. entahlah.. bie sendiri tidak yakin dengan perasaan kali ini. ketika menyadari hal itu, bie sungguh-sungguh terkejut. wow! 

bie terlalu egois dan hari ini banyak contoh soal yang membuat teman-teman bie mengurai sikap-sikap bie yang kurang menyenangkan. mereka menyertakan barang bukti.

dan ini membuat bie teringat pada sebuah kutipan: "manusia tidak akan pernah berubah. ya! hanya sudut pandangnya saja yang berubah".

senang sih sudah 'belajar' banyak peran. protagonis dan antagonis, dan kali ini... taaraaaa seperti tahun baru.

what's tahun baru?
resolusi?
ehmm.. howdy mr. resolusi?

ah sudahlah, waktunya lalat!

iya.. waktunya lalat.


by-the-way.. kalian pernah ndak merasa bersalah [terlambat] dan ingin meminta maaf yang terhambat?

kali ini bie seperti itu. duh, seriusan ndak bisa tidur dengan perasaan seperti ini. eciee.. ceritanya bie galau gitu.

duh.. duh.. duh.. mau cerita ndak tahu ke siapa itu rasanya mau nikah ehh sorry.. sorry... ndak enak euy bawa-bawa soal nikah ke sini. mau cerita ndak tahu ke siapa itu rasanya sama tersiksanya mau jajan tapi ndak punya uang. iya. begitu.


kau tahu... setelah seharian diselimuti perasaan bersalah dan berdosa akan sikap bie tahun lalu itu. kali ini bie diselimuti perasaan penasaran dan juga pastinya kelaparan. iya! bie penasaran apa yang akan terjadi pada hidup bie tahun depan. 

waktunya lalat!
aaakk... aku antusias!

Rabu, 08 Mei 2013

dan itu pasti

nah beberapa minggu yang lalu kotak cendol tetiba menerima sebuah pesan dari seorang teman. ya! temannya teman sih yang pada akhirnya menjadi teman bie.

sudah biasa kan?

entah kenapa dia menggalau dikotak cendol. dan hal ini sudah biasa bie rasakan. pengadilan dimuka bumi yang kejam, saudara!!!

kalian sudah pernah merasakan bagaimana tercekam dan terancamnya diri kalian ketika berada ditengah-tengah situasi pengadilan? bie pernah! jadi sekitar sepuluh tahun lalu dibulan november hingga september ditahun berikutnya, bie harus menghadiri sebuah peradilan. mencekam pemirsa!

kenapa?
disana bie selaku saksi dari pihak penggugat. beh, sampai sini tahu rasanya donk betapa beratnya beban bie saat itu. bie menjadi saksi untuk sebuah kasus yang mana hasilnya adalah: benar/ salah.

apa pun yang dilakukan tergugat selama ini, bie harus buktikan bahwa itu adalah salah. kesaksian bie harus bisa mengubah dan menuntunt hakim, jaksa atau hadirin yang lainnya untuk sepakat dengan kesaksian bie. walau hati nurani sih ndak menganggap itu salah-salah banget..

pengadilan itu kejam.
nah, itu adalah salah satu dari gambaran ketidakenakkan pengadilan. namun dikehidupan sehari-hari pun sudah dilaksanakan yang namanya pengadilan, pemirsa.

ya!
mungkin kalian pernah berlaku sebagai hakim atau jaksa. atau sebagai pengacara. mau bukti?  --------------------------------->


apa pun yang kalian lakukan, lingkungan sekitar kalian akan menjadi salah satu contoh nyata bahwa pengadilan itu kejam. dan demi apa pun, 'merasa' menjadi 'terdakwa' atau tidak, biar kalian sendiri yang memutuskan.

nah, karena bie sudah pernah menjadi 'terdakwa' dan rasanya gak enak banget. maka dengan ini bie menyatakan.. biarlah yang hitam menjadi hitam tak akan mungkin jadi putih.. ehmmm salah-salah maksud bie hati-hati gunakan 'pembelaan' atau 'tuduhan' kalian.  bie mohon enyahkan pengadilan keji dari muka bumi ini.


salam super!