Jumat, 09 Maret 2012

sempat itu sebelum terlambat

"tapi mosok gtu ae ndak tahu sih, bie?"
"bukannya ndak tahu tapi lebih baik jika si saiah pura-pura ndak tahu saja.."
"sudah ku duga, kau terlalu cerdas untuk menjadi seorang yang dungu"

"dan aku pun terlalu cerdas untuk dibodohi dengan episode yang sama..", ujarku gamang

"hahaha.. nyaris saja ku kira kau akan mengagungkan dirimu, nak muda"
"aku tak punya apa-apa selain pesan dari ia yang kini telah menjadi penghuni surga"


ia, lelaki yang selalu ku cintai dalam diam. hingga hari keberangkatannya pun ia takkan pernah tahu betapa aku sangat mencintainya. keberangkatan yang tak akan ada lagi jadwal kedatangannya.


terlambat


"apa yang ia pesankan untukmu?"
"dia bilang, aku boleh menjadi dan melakukan apa pun yang ku suka tapi aku harus ingat siapa aku"
"dan kau hidup dari apa katanya?"
"yaa dan aku pun hidup dari keringat dan darahnya... aku bisa apa? aku tahu apa yang orang itu maksudkan untukku, aku mengerti tapi izinkan aku memastiskan "tebakan"ku itu sebelum terlambat."



suatu hari nanti aku ingin kami bersepakat dengan gaya yang memikat, kelak kami akan bertemu di kalimat yang akan membuatmu mengumpat. semoga saja tak terlambat.


"aku ini hanyalah seorang wanita, kartini memang telah membela banyak hak wanita tapi hakikatnya wanita masih harus mengingat yang namanya kewajiban. aku, wanita, wajib menunggu dan berhak menunggu. bagaimana menurutmu?"
"tapi menurutku kalian saling menunggu.."
"kau kurang cermat menyimak kalimatku, teman. aku wanita wajib dan berhak menunggu, ada kata wajib disana. sebuah keharusan yang tersirat, takkah kau dapati disana? hanya wanita yang menunggu, dan baru saja kau bilang kami saling menunggu? jika begitu kami tak berjodoh, aku tak ingin hidup bersama wanita.."

dan kau pun tertawa menyimak kalimatku, begitu pun aku. kau dan aku sama-sama tak pernah mengerti apa yang akan dikatakan logika.
"kau tetap menjadi wanita yang lebih memilih menggunakan logikamu dari pada hatimu, bie"
"dan kau selalu lupa perihal penipu, pencuri dan pembunuh"



tertawa, kita kembali menertawai hidup selagi sempat dan belum terlambat

Tidak ada komentar: