Senin, 02 September 2013

cenayang.

apa cita-cita masa kecilmu? masih ingat?

dokter? pilot? jurnalis? astronot?


masih aku ingat tentang keinginanku di masa kecil dulu. keinginan yang mereka sebut: cita-cita.

aku ingin mengetahui apa yang terjadi di masa depan kelak.

aku bertumbuh dari sebagian lirik 'que sera sera', lagu kesukaan lelaki yang mengasuhku ketika berusia delapan tahun menuju dua belas tahun.

que sera sera.. yang akan terjadi terjadilah.

begitulah sebagian liriknya.

kau benar, aku hidup dikepung oleh ketakutan. banyak hal yang aku takuti, hingga lelaki yang bukan abahku selalu mengingatkanku sebagian dari lirik tersebut.

que sera sera.. yang akan terjadi terjadilah.

hingga beberapa malam lalu, tepatnya empat belas malam yang lalu. aku mulai terganggu dengan keinginanku di masa kecil tersebut.

mengetahui apa yang terjadi di masa depan tidak membuatku kehilangan rasa takut namun semakin menuai ketakutan. aku tahu apa yang akan terjadi di masa depan namun tidak mampu mencegahnya.

sial!

kau sebut ini kelebihan dan anugerah? ok, kau boleh ambil ini dari hidupku.

sebagian keluarga mengolok-olok aku sebagai cenayang. terkadang aku anggap itu angin lalu saja. umurku tidak berkurang karena olok-olokkan mereka dan aku tak boleh menyumpahi mereka. karena itu benar akan terjadi.

satu bulan lalu, sepupuku memaksa seorang temannya yang mampu membaca garis tangan agar membaca garis tanganku. wow. adu ilmu? tidak.

aku sebut ini menyamakan penglihatan.

benar saja, apa yang ia baca dengan apa yang aku lihat di dimensi lain... sama. 

hingga detik itu aku memutuskan untuk tidak datang lagi ke dimensi tersebut. aku melihat diriku sendiri.

namun dari semuanya, yang paling tidak aku sukai adalah pada saat aku melihat bagaimana mereka meninggal. rrr... bagian itu akan terus menghantuiku. dan pada saat aku terbangun, hal yang paling aku sadari adalah: mengapa manusia pada akhirnya butuh dimengerti.

yang aku lakukan hanyalah mengikuti apa 'yang dibisikkan' padaku. kemana kaki melangkah. semacam itu. pada akhirnya aku terlalu sering melakukan hal-hal absurd. jauh dari kata rencana menurut mereka.

fuh.

jika saja aku bisa mengembalikan kertas putih di masa kecilku, aku ingin menuliskan kembali cita-citaku yang sama dengan manusia lainnya.



Tidak ada komentar: