Rabu, 11 September 2013

ini september, li..

masih ingat tentang ceritaku perihal masa depan? aku membuat kesepakatan, tak apa kau sebut aku malaikat pencabut nyawa dari pada lagi-lagi kehilangan start perihal kehilangan.

2:2, teman..

sepagian ini cukup membuatku terkejut dengan sebuah berita dari seorang kawan lama. aku cukup terkejut dengan penemuanku. aku mengetik hal ini dengan tangan yang gemetaran. sungguh.

aku masih ingat bagaimana tersiksanya aku tidur semalam. aku benci mimpi. aku benci penglihatan tentang masa depan. hingga pagi tadi aku membenci hal itu tapi tidak setelah aku menemui kenyataan.

rasa bersalah seperti ini tidak sebanding dengan rupiah yang aku harus keluarkan. sepanjang hari kepalaku menahan sakit. untuk berpura-pura tidak peduli pun aku tak bisa.

hari ini aku kehilangan seorang teman.

awalnya aku pikir ini hanya sekedar sisa peristiwa sehari sebelumnya. aku tak tahu apakah ini layak disebut kelebihan, tapi ini adalah kekuranganku: menembus dimensi lain.

untuk seorang teman,li.. gw udah maafin semuanya jauh sebelum lu pamit. gw cuman pengen main ke rumah buat bilang terima kasih untuk semuanya.
pagi tadi, begitu tiba di kantor.. aku masih terus bertanya apa maksud dari 'perjalanan waktu' subuh tadi. aku begitu lelah tapi 'dipaksa' masuk ke dimensi lain. aku tidak tahu apa maksudnya. terkadang aku benci menggunakan insting yang mereka sebut hati. perlahan jemariku mulai mencari kabar seorang teman dari link teman lainnya. dan taraaa... 

jika hidupku hanyalah sebuah film belaka, aku ingin segera menyaksikan episode terakhirnya saja. terkadang aku lelah..

li, ibu bilang kalau lu gak mau ikut sama kita lagi. benar?
pagi ini mengingatkanku akan pagi-pagi sepanjang dua tahun ini, li. 

li, cimot bilang kalau lu merasa bahwa gw dan teman-teman gak peduli akan lu. begitu?
lu gak tahu bahwa kami seperti berada disudut ruangan dan lu sebagai pusat perhatian kami, li.

li, emaak belum gw kasi tahu soal kepulangan lu. dan gw gak tahu gimana cara ngasi taunya. tenaga gw sudah cukup terkuras sepanjang hari ini untuk memberi kabar ke beberapa teman kita. mereka terkejut li, tidak ada yang tidak terkejut. 

li, beberapa teman kantor memandang gw dengan curiga. mereka mencurigai mata sembab gw dan suara gw yang lebih pelan dari biasanya. sial, gw gak bisa nahan nangis gw... lu tau betapa cengengnya gw.

li, tolong bilang sama gw kalau semua ini april mop yang lu buat di bulan september. ini gak lucu, li. seharusnya lu kasi gw berita baik sebagai kado ulang tahun gw. seharusnya, li.

li.. terima kasih sudah menyempatkan diri pamit. jika ada waktu datang dan duduklah sebentar. mungkin kita bisa skype?

ini september, li.
bulan kematianmu dan bulan kelahiranku.
kurang kompak apa kita :)

Senin, 02 September 2013

cenayang.

apa cita-cita masa kecilmu? masih ingat?

dokter? pilot? jurnalis? astronot?


masih aku ingat tentang keinginanku di masa kecil dulu. keinginan yang mereka sebut: cita-cita.

aku ingin mengetahui apa yang terjadi di masa depan kelak.

aku bertumbuh dari sebagian lirik 'que sera sera', lagu kesukaan lelaki yang mengasuhku ketika berusia delapan tahun menuju dua belas tahun.

que sera sera.. yang akan terjadi terjadilah.

begitulah sebagian liriknya.

kau benar, aku hidup dikepung oleh ketakutan. banyak hal yang aku takuti, hingga lelaki yang bukan abahku selalu mengingatkanku sebagian dari lirik tersebut.

que sera sera.. yang akan terjadi terjadilah.

hingga beberapa malam lalu, tepatnya empat belas malam yang lalu. aku mulai terganggu dengan keinginanku di masa kecil tersebut.

mengetahui apa yang terjadi di masa depan tidak membuatku kehilangan rasa takut namun semakin menuai ketakutan. aku tahu apa yang akan terjadi di masa depan namun tidak mampu mencegahnya.

sial!

kau sebut ini kelebihan dan anugerah? ok, kau boleh ambil ini dari hidupku.

sebagian keluarga mengolok-olok aku sebagai cenayang. terkadang aku anggap itu angin lalu saja. umurku tidak berkurang karena olok-olokkan mereka dan aku tak boleh menyumpahi mereka. karena itu benar akan terjadi.

satu bulan lalu, sepupuku memaksa seorang temannya yang mampu membaca garis tangan agar membaca garis tanganku. wow. adu ilmu? tidak.

aku sebut ini menyamakan penglihatan.

benar saja, apa yang ia baca dengan apa yang aku lihat di dimensi lain... sama. 

hingga detik itu aku memutuskan untuk tidak datang lagi ke dimensi tersebut. aku melihat diriku sendiri.

namun dari semuanya, yang paling tidak aku sukai adalah pada saat aku melihat bagaimana mereka meninggal. rrr... bagian itu akan terus menghantuiku. dan pada saat aku terbangun, hal yang paling aku sadari adalah: mengapa manusia pada akhirnya butuh dimengerti.

yang aku lakukan hanyalah mengikuti apa 'yang dibisikkan' padaku. kemana kaki melangkah. semacam itu. pada akhirnya aku terlalu sering melakukan hal-hal absurd. jauh dari kata rencana menurut mereka.

fuh.

jika saja aku bisa mengembalikan kertas putih di masa kecilku, aku ingin menuliskan kembali cita-citaku yang sama dengan manusia lainnya.