Rabu, 14 Juli 2010

aku tak ingin pulang

Kita ini ibarat domba.. sebuah perumpamaan yang sering ku dengar. Dan aku selalu bertanya dalam hati, mengapa kita disamakan dengan domba? Entahlah, dari dulu hingga sekarang aku tak berniat mempermasalahkan hal ini hingga ke permukaan.

Teman : Hey.. apakabar?

Sebuah senyuman adalah pilihanku untuk meresponi pertanyaannya itu. Basa basi, pikirku. Aku tahu pertanyaan apa lagi yang akan ia katakan setelah ini.

Teman : Kemana saja?

Yaa.. dugaanku ternyata benar. "Ada apa?", tanyaku untuk menyelesaikan sesi basabasi ini dengan segera.

Teman : Kenapa kamu sudah jarang sekali terlihat di gereja ?, kali ini ia bertanya dengan sebuah kekuatiran.

Lagi-lagi sebuah senyuman menjadi pilihanku untuk meresponi pertanyaannya itu. Tante Paku sudah mengungkapkan hal ini beberapa waktu yang lalu.

Aku : Aku tak ingin ada disana, ujarku tegas

Teman : Kenapa?

Aku : Karena aku bosan menjadi penghuni gereja yang membosankan itu

Teman : Maksudnya ?

Aku : Apakah untuk menjadi bagian dari mereka aku tak boleh berlaku menjadi diriku? Apakah menjadi menjadi mereka pun aku harus kehilangan 'aku' dan berlaku sama seperti mereka? Jika memang begitu, aku tak ingin kembali ke sana..

Teman : Gereja itu sudah seperti rumah, disana ada Bapa yang menanti kita

Aku : Jika untuk menjadi anakNya dapat membuatku menjadi orang yang sangat membosankan, aku tak ingin menjadi anaknya

Teman : Kau seperti domba yang kehilangan arah..

Aku : Dan lagu "Amazing Grace" lah yang akan mengantarkanku kembali ke arah yang benar itu...

JIka gereja adalah rumahku, aku tak ingin kembali. Aku tak merasakan kata pulang ketika berjalan menuju ke arahnya.

Aku terbiasa menyebut emaak, abah dan saudara-saudaraku lainnya dengan kata 'orang rumah'. Kembali ke rumah adalah kembali merasakan kenyamanan, ada banyak hal disana. Aku akan bertemu dengan ruang tidur yang begitu nyaman, aku akan bertemu dengan ruang tamu, disana aku akan menyambut orang-orang baru dengan keramahan, aku akan bertemu dengan dapur. Dapur adalah bagian dari rumah yang paling kusukai. Di dapur dapat terjadi banyak hal, ada kekotoran, ada kesibukan, dan pada akhirnya akan menghasilkan sebuah kenikmatan dari sajian makanan. Dengan begitu aku selalu ingin kembali ke rumah dan memasuki setiap ruang yang ada.

Dan gereja ?

Di sana aku hanya dapat melihat ruang tamu saja. Disana tidak ada dapur atau pun gudang. Gereja bukan rumahku, aku tak ingin pulang....

Mereka bilang aku ini seperti domba yang kehilangan arah, ehmm... bagiku, aku adalah seekor domba yang melarikan diri dari kandangnya dan mencari kandang lain yang lebih nyaman. Kandang itu tak selalu bersih, karena yang akan membersihkan adalah gembala yang baik bukan domba-domba lainnya. Dan aku tak ingin pulang ke kandang itu...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

awas ketularan gw jd keseringan ga gereja
wkwkwkwkw