Minggu, 22 Februari 2009

sarapan pagi

secangkir kopi sudah kusediakan dimuka rumah bila kau tiba
tak perlu lagi berseru hingga ke ujung kampung
mungkin kau ingin menyeduhnya disamping ibu
sepiring kudapan telah kuletakkan pula tepat disamping kopi
agar kau tak lagi murka dengan ulahku
aku si jonggos yang tak tahu diri
tak ada lagi yan kuharapkan dari tuan maupun puan
tubuh yang ternajiskan lebih dari hewan yang diharamkan
aku yang bukan siapasiapa
aku yang bukan apaapa
berada karena dua menjadi satu
sisa hidup yang hanya merasakan air mata dari mata air
apakabar puting ibu yang mengalirkan air
air yang mereka bilang lebih nikmat dari embun pagi
apakabar penikmat kopi dipagi hari
adakah kau tanyakan si jonggos ini
aku si jonggos yang tak berupah
terpekur bak burung pekukur
bukan, aku hanya si burung hantu
namun aku tetaplah si jonggos yang tak bertuan

Tidak ada komentar: