Jumat, 06 Juli 2012

kau atau aku.. itu saja cukup (2)

kita - sheila on 7


di saat kita bersama

di waktu kita tertawa
menangis merenung
oleh cinta
kau coba hapuskan rasa
rasa dimana kau melayang jauh
dari jiwaku Juga mimpiku
biarlah, biarlah
hariku dan harimu
terbelenggu satu
pleh ucapan manismu
reff 1 :
dan kau bisikkan kata cinta
kau t’lah percikkan rasa sayang
pastikan kita seirama
walau terikat rasa hina
sekilas kau tampak layu
jika kau rindukan gelak tawa
yang warnai Lembar jalan kita
reguk dan teguklah
mimpiku dan mimpimu
terbelenggu satu
oleh ucapan janjimu
reff 2 :
dan kau bisikkan kata cinta
kau t’lah percikkan rasa sayang
akankah kita seirama
saat terikat rasa hina


beberapa teman yang mengenal bie secara dekat tahu betapa bie kurang bersahabat dengan kata: kita.

dan biasanya tiap ada orang yang menggunakan kata pengganti 'kau dan aku' dengan menggunakan kata 'kita' maka bie akan sesegera mungkin berkata: 'kita? kau atau aku itu saja cukup'.

keambiguan 'kita' ini bukanlah baru ini saja, kebudayaan penggunaan kata 'kita' memang bie harus mencernanya lebih lagi. semisal..

"dimana rumah kita?"
"kita orang mana?"
"nanti kita saja yang bawa.."

nah lo... kita? budaya melayu dan indonesia bagian lainnya sering menggunakan kata 'kita' untuk menggantikan kata panggilan yang lebih sopan namun membingungkan. di melayu, kata 'kita' sebagai kata pengganti 'anda' dan di makasar kata 'kita' sebagai kata pengganti 'saya'. nah lo.. kau atau aku. itu saja cukup.

bukti keambiguan 'kita' juga bisa disimak di dialog ini:
bie : apa kata 'kita' yg tak awak sukai mengusik hidupmu?
anak tetangga: heeee?
bie: responmu berlebihan

.. kala itu bie merasa pertanyaan bie adalah pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak. etapinya IQ beliau yang begitu tinggi mencerna pertanyaan bie dengan begitu rumitnya. bie pun berkali-kali membaca dan mengulangi pertanyaan bie, dimana letak keambiguannya. akhirnya bie memutuskan untuk bertanya pada beberapa teman, apakah mereka mengerti pertanyaan bie: apa kata 'kita' yg tak awak sukai mengusik hidupmu?

hasilnya: tiga orang teman bie mengerti.

sempurna. kecuali beliau.

lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain belalangnya.

bie sedikit menjelaskan pada beliau apa yang bie maksud, tapi yasudahlah.. berujung pada penggunaan kata 'kita'

::nohope


salah satu dari ketiga teman yang bie tanya sempat bertanya, kenapa bie tidak mau membiasakan diri dengan kata 'kita'
bie: karena bie sulit membedakan kiri dan kanan, pun dengan kita. kau atau aku. memangnya sulit ya mencari kata lain selain kita?
teman bie: tapi kan sulit, bie.. semisal ada yang bilang: "yasudah, kita istirahat aja dulu", trus mau bie yang istirahat hanya salah satu, begitu?
teman bie: mudah saja, tak usah disebut kata 'kita'nya.. "yasudah, istirahat saja dulu" kan lebih singkat :)
teman bie: *tertawa*

selain itu, bicara 'kita' adalah bicara tentang kedekatan.. ehmm istilah kepercayaan tetangga seperti muhrim. semisal ada orang yang bicara 'kita' dan bie kembali mengulangi kata 'kita' dengan tanda tanya itu berarti bie ndak merasa dekat dengannya atau dengan kata lain ndak muhrim.

teman bie: trus kenapa bie harus tanya sama beliau: "apa kata 'kita' yg tak awak sukai mengusik hidupmu?"
bie: karena bie cuman pengen bilang secara tidak frontal.. berhentilah menggunakan kata 'kita', anggap saja bie seperti salah satu dari orang yang dari kepercayaan sebrang sana yang tidak terbiasa dengan penggunaan kata 'say' atau 'cin', apakah itu sulit untuk dilakukan? bie cuman butuh jawaban 'ya' atau 'tidak'. bie ndak butuh penjelasan ba bi bu, bie ndak butuh alasan. dan sepertinya beliau ndak mengenal bie. bie pikir beliau adalah teman, ternyata hanya sekedar kenal.. jadi yasudahlah terserah dia mau pake kata 'kita' apa ndak.
teman bie: dan orang yang sekedar kenal denganmu itu sama sekali tidak menghargai ketidaksukaanmu pada suatu hal?
bie: yang namanya sekedar kenal memang tak pernah mau peduli dengan orang yang tak ia kenal secara dekat, logis saja sih.. dia hanya peduli apa yang ia suka bukan apa yang sekiranya orang lain tak suka.
teman bie: *tertawa* kenapa kau tak berusaha untuk menyukai penyebutan yang ia gunakan?
bie: kenapa hanya aku yang harus berusaha? aku sudah melakukan bagianku, mengatakan ketidaksukaanku.. lalu apa yang ia lakukan pada bagiannya? kembali lagi kepada sikap. tak peduli. yang namanya tak peduli sudah tak ada penawarnya lagi.. apa mau dikata?

kita? kau atau aku. itu saja cukup.


Tidak ada komentar: