Senin, 08 Juli 2013

suatu senja.

senang. senja tenang.
aku suka senja.
aku suka matahari yang malu-malu. undur diri.

aku suka ketika matahari tak lagi gahar memberikanku semangat. aku tahu ia tahu bahwa aku menyukainya. 

semasa kecilku dulu, aku suka menantang matahari dengan mataku. ya. aku suka beradu tatapan dengan matahari. aku pikir, kami hanya saling menatap. tak ada yang salah. aku pikir begitu saat itu.

dan aku kalah.

tatapan matahari bukan hanya mampu menguras keringat namun juga menguras air mataku. aku kalah dan kacamata menjadi taruhannya. yang kalah menggunakan kacamata seumur hidupnya. seperti yang ku katakan sebelumnya.. aku kalah.

kau suka senja?
kenapa?

aku suka senja. aku suka mengingat diriku yang bertaburan bedak putih dari balik jendela ruang tamu menatap teman-teman seusiaku yang sedang bermain. kenapa kau tidak bergabung dengan mereka? aku tahu, kau akan bertanya hal yang serupa bukan?

aku. senja. masa kecil. dan segudang harapan.

aku lebih suka berdoa dikala senja. bukan ketika purnama tepat diatas kepala atau ketika matahari mulai terbit. kala senja aku sering menuliskan banyak doa dijendela rumahku. aku berdoa agar bila abah pulang nanti, ia mengetuk jendela kamar kami dengan pelan-pelan saja. aku tak ingin emaak atau abangku terbangun. aku tak ingin membagi martabak manisku dengan mereka. aku tak ingin bagianku berkurang. 

kala senja. aku pun berdoa. bila malam datang, abah pun sudah kembali pulang. dengan membawa sebungkus martabak manis yang hangat. semoga ia tak melupakan taburan keju diantara manisnya cokelat. aku suka martabak manis yang dibawa pulang oleh abah setiap malamnya. aku tak pernah bosan menghirup aromanya.

kala senja. aku tak cemburu pada teman-teman seusiaku yang sibuk bermain petak umpet halaman komplek kami. aku lebih suka beradu tatap pada seorang anak seusiaku yang terkurung dibalik jeruji diatas rumah mewah yang ada didepan rumah kami saat itu.

aku tidak pernah tahu nama anak itu. aku hanya tahu bagaimana ia merintih kesepian dan kesakitan. seperti aku yang hanya tahu diam dan diam. aku dan dia adalah sesama penghuni jerjak. apa yang membedakan kami? ia dihukum orang tuanya dan aku menghukum diriku sendiri. ia mampu berteriak dan aku tidak mampu.

bila senja tiba, aku suka menaiki almari dekat ruang televisi kami. tidak untuk mencari perhatian siapa pun. tidak ada perhatian yang layak dicuri dari penghuni rumah ini. aku suka memakan nangka muda yang masih seukuran ibu jariku dengan bumbu garam. entah siapa yang mengajariku.

enam tahun. aku ingat betul usiaku kala itu. karena tak lama setelah aku sadar betapa aku menyukai baby nangka, begitulah aku menyebutnya, aku pun terbaring manis disebuah ruangan di rumah sakit fatmawati.

senja. dirumah sakit itu pula aku semakin mencintai senja. ketika para penghuni menyapaku dengan aroma sabun yang menyegarkan. aroma sabun mandi yang begitu aku sukai.

aku suka senja. suatu masa yang membuat aku yang ada dimasakini berujar: 'akhirnya...'


Tidak ada komentar: