Selasa, 30 Agustus 2011

diantara perkebunan..

kesetiaan diproduksi oleh kepercayaan yang dibuahi dari sebuah pertemanan atau hubungan
begitulah yang dikatakan buku, dan saia sepakat dengan apa yang tertulis disana. kesetiaan dan sebuah penghianatan, pro dan kontra.

dia bilang selingkuh itu clbk. cinta lama belum kelar, tawaku sinis.
bagiku selingkuh adalah ketidaksetiaan. entah itu cinta yang lama atau pun cinta yang baru saja ia temui, toh pada hasilnya hanya akan menyakiti.

apa yang akan ku tulis, pelaku atau korban dari ketidaksetiaan tersebut?, tanyaku. apapun, hanya itu jawabnya.

... aku yakin tak ada satu pun di dunia ini bersedia menjadi korban dari ketidaksetiaan. tak satu pun. dan aku juga menjamin bahwa mereka yang telah dikhianati butuh waktu untuk memaafkan pelaku dan perbuatannya. tapi bukan berarti orang tersebut tidak mempunyai kesempatan melakukan hal yang sama. berkhianat. selingkuh.

aku melakukannya.

.. merasakan bagaimana rasanya kehilangan sebuah kepercayaan. menyaksikan bagaimana mereka tertawa akan sebuah luka. bahagia untuk mereka. mungkin saja mereka merayakannya sembari menarinari, entahlah. yang aku tahu, aku hanya duduk terdiam disudut ruang ini. kecewa.

kecewa bukan karena mereka berkata dibalik aku, tapi karena beliau tak percaya dengan perkataanku. aku tak peduli dengan apa yang mereka katakan, yang aku pedulikan beliau tak percaya dengan aku katakan. saat itu.

mereka bilang aku selingkuh.

nice !

... tak berapa lama setelah itu aku mulai menata diriku. bukan untuk bangkit dan kembali berjuang, aku ingin merasakan bagaimana selingkuh itu. miris. sadis. aku melukai kaumku sendiri. aku menyakiti diriku sendiri. ini gila.

hatihati dengan hatimu, hanya itu pesan temanku ketika mereka tahu perbuatanku. entahlah kenikmatan apa yang aku cari disana. berpetualang. hanya itu alasan yang tepat.

jangan permalukan Tuhanmu, begitu pesan yang lain. tapi aku ndak melakukan apa yang mereka katakan, bukan aku yang melakukan mungkin saja beliau, kataku dengan penuh emosi. entah emosi seperti apa. ada kecewa. ada marah. ada sedih. semua bercampur menjadi satu.

apa yang kau cari?, yaaa... aku tersadar dengan kalimat berupa pertanyaan itu. entahlah. bolehkah aku kembali berharap pada kesetiaan dan bermuara pada kata komitmen?, tanyaku padanya.

kali ini walau bukan waktu yang tak tepat untuk menuliskan sebuah resolusi, aku ingin berterimakasih kepada 19.30 waktu setempat. aku ingin memahami apa yang sudah aku sepakati dengan buku itu.

kesetiaan diproduksi oleh kepercayaan yang dibuahi dari sebuah pertemanan atau hubungan
pandanganmu akan sebuah hubungan dan komitmen membuatku berpikir kembali. yaa... lupakan cinta lama belum kelar itu, agar kau puas menyebutkan nama kota itu dan aku tak perlu menggerutu.

dan satu lagi, apa pun yang aku tanyakan padamu itu hanya terjadi diantara kita saja. aku tak ingin berselingkuh dengan yang lain sembari bertanya hal yang sama pada siapa pun. terimakasih sudah membantu saia.. :)

lakukan saja dulu, itu urusan belakangan, katamu. dan aku hanya mampu mengatakan 'iya' dari sebrang sini. kau tahu kenapa aku seperti itu? karena aku masih menyisakan sedikit tawa saat kau bilang "kemana saja... lama tak jumpa, jadi kangen", dan aku meracau seperti biasanya seraya menyelipkan kata ".. aku merindukanmu" dibalik tawaku. tapi itu benar adanya.

kemarin ketika keretaapi membawaku pergi dari kota itu, aku semakin berpikir. ternyata aku hanya mampu berpikir ketika tubuhku ini pergi atau jika aku duduk diam, aku mengiba padamu agar kau meminjamkan pikiranmu untukku walau sejenak.

degar dan simaklah baikbaik.... aku tak akan pernah berdoa agar kau jatuhcinta pada siapa pun atau ada gadis "sial" diluar sana yang bersedia kau pinang. takkan ku biarkan, xixixi.... setidaknya hingga aku menemukan tempat peminjaman pikiran di perkebunan ini :D

nb : efek lebaran dipindahkan hari, tak ada kendaraan yang dapat membawaku kembali ke rumah..


Tidak ada komentar: