Sabtu, 28 April 2012

what if

"berhentilah tertawa dengan kepalsuanmu, vera"

seketika bie terkejut dengan ucapan teman bie. tawa palsu. sedemikian menyebalkankah kehidupanmu kisanak, hingga tawaku pun menjadi sebuah perkara bagimu?



baiklah mari kita urai permasalahanmu denganku, bilakah aku menertawaimu kala duka? bilakah aku menertawaimu kala terjatuh? bilakah aku menertawai kala kau terluka? aku tidak sedang menertawaimu, aku hanya sekedar menertawai kebodohanmu kala itu. yaa.. kau bodoh. aku bodoh. kita bodoh.


berulangkali ku katakan padamu, aku tak sesempurna yang kau pikir. aku tak sehebat yang kau pikir. anggap saja tawaku adalah bentuk lain dari penutup lukaku. dan jika kau terluka kemudian meraung-raung menangis agar semua orang memperhatikanmu, apakah lukamu akan sembuh?



bagaimana jika tidak?
kau dapat lebih cerdas dari saat ini, kau tahu bagaimana cara menyembuhkannya.. namun kau tak mau melakukannya. dan bagiku saat ini, ini seperti sebuah lelucon sepanjang masa. kau lapar tapi tak mau bergerak untuk menggapai apa saja yang dapat kau makan. kau tak lebih hina dari para penggemis di pinggir jalan saja, kau mengerti?


bagaimana jika kau tidak mengerti?
akhirnya aku tahu tak mengerti maksud tawaku. miris. kalimatmu seperti pisau yang bermata dua. aku tak tahu bagian mana yang akan mati tertusuk atau sekedar menyakiti. aku tak ingin disakiti dan pilihannya aku harus menyakitimu. maaf.. hidup itu adalah pilihan harus ada yang tersakiti.


bagaimana jika kau tak rela ku sakiti?
kau akan terus mengatakan hal ini padaku. tentang tawaku yang palsu atau tentang ekspresiku yang tak bersahabat. kau hanya mau mendapatkan apa yang kau mau, itu saja bukan? dan aku hanya ingin membuatmu mengerti bahwa tidak semua yang kau mau harus kau dapatkan. aku bisa apa.


berpikirlah dulu sejenak. rehat dari apa yang dunia inginkan darimu. perhatikan lakumu, kau pernah melakukan hal ini padaku. dulu. dan aku tahu bagaimana caranya membalikkan mata pisau itu tepat ke hadapan batang hidungmu.


adakah kau tahu, aku pernah kehilangan segalanya ketika kau berkata hal ini? adakah kau tahu, aku pernah meninggalkan taman ini ketika kau melakukan hal yang sama kala itu? dan kali ini aku tak ingin meninggalkan dan ditinggalkan.. bagaimana jika kau saja yang berhenti melakukannya?


teman..hidup ini terlalu singkat. duduklah sejenak disampingku, kita nikmati hidup ini seperti di sore hari ditemani secangkir senja. kala semua aktifitasmu telah usai, adakah kau pernah menikmatinya?
teman.. hidup ini sebuah panggung sandiwara, dan Ia adalah penulis ceritanya. mainkan saja lakonmu seperti disebuah panggung srimulat bukan seperti di acara dunia dalam berita. tak usah terlalu serius, kita bukan para pelaku kejahatan yang hidup dengan kecemasan. kau terlalu serius menanggapi hidupmu, jadi memang sudah bagianku yang menertawai hidupmu..


what if ..

Tidak ada komentar: