dear Semesta,
adakah terselip diingatanmu tentang aku yang berdiri kaku di tiga ratus enam puluh hari yang lalu. sebuah siar yang menghantam bagai gadam?
pagi itu, subuh gaduh membuatku mengaduh dan berteriak dalam diam, ini tidak mungkin!
ini tidak mungkin namun ini kenyataan.
aku bergegas mengemas ruangan ini sedemikian rupa ketika mereka menghantarkan jiwa kepada Pemiliknya.
aku mencariMu Semesta. adakah Kau tahu tubuhku terpaku hingga ke dalam perut bumi? adakah Kau tahu lidahku bagai baja? aku pakubumi kala itu. berdiri. terdiam. mematung.
ini tidak mungkin namun kenyataan.
dear Semesta,
disini, dipanggung sandiwara ini, aku masih berperan sebagai pelakon. mataku masih menyimpan cermin yang kapan saja dapat menebarkan serpihannya dan melukai para penontonnya.
ini tidak mungkin namun kenyataan.
aku ingin memecahkan bejana waktu dan berteriak pada siapa saja. namun mereka terlarut dalam sedu sedan mereka. dan aku hanya mampu berdiri di sisi kiri kakimu, berharap kau terbangun dan menghardikku. katakan apa saja.
ini tidak mungkin namun kenyataan.
dear Semesta,
darimu dan untukmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar